BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan guru
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia
melalui pendidikan. Profesi guru mampunyai tugas untuk mendidik, mengajar dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,
mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawab tersebut, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan
dan keterampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian
dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang
mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan
baik.
Guru adalah salah satu unsur
manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru
memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru
bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan
sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi
manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah (2002) berpendapat bahwa baik mengajar maupun
mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional.
Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya
dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.
Salah satu
faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar mengajar adalah guru. Seorang
guru perlu memiliki kompetensi (kemampuan) untuk mengorganisasi ide-ide yang
dikembangkan menjadi guru merupakan suatu profesi yang sangat mulia, suatu
profesi yang seharusnya didasari oleh panggilan jiwa, bukan semata-mata karena
kepintaran dan keterpaksaan karena tidak ada lagi profesi yang lain. Menjadi
guru mengemban tugas sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik. Setiap orang
akan bisa dan mampu menjadi pengajar dengan latar belakang pendidikan apapun,
akan tetapi tidak semua orang bisa untuk menjadi pendidik, sekalipun lulusan
institusi pendidikan yang sudah memiliki akta IV, itu bukanlah jaminan untuk
dapat menjadi guru yang profesional.
Berdasarkan paparan diatas ,kita dapat melihat bahwa guru
memegang peranan penting dalam proses
belajar mengajar. Dimana profesinya sangat
mulia untuk mendidik, mengajar dan melatih, yang harus didasari oleh panggilan
jiwa dimana ia juga harus memiliki kompetensi sebagai salah satu penentu
keberhasilan proses belajar mengajar.
Lebih
jauh lagi, dalam laporan makalah ini, saya melakukan wawancara terhadap seorang
guru untuk melihat bagaimana pandangan guru tentang pendidikan, apa motivasi
dasar dalam mengajar, sudut pandang guru dalam melihat peserta didik, filosofi
dalam mengajar serta pendekatan yang dilakukan dalam mengajar, yang akan saya
hubungkan dengan teori paedagogi yang telah dipelajari.
BAB
II
HASIL
WAWANCARA
1.
Identitas Subjek
Nama
: Ibu TS
Umur
:
40 tahun
Sekolah Mengajar
: SMA Harapan
Mandiri
Mengajar Mata Pelajaran
: Matematika
Pengalaman Mengajar
:
11 Tahun
Status
: Sudah Sertifikasi
2.
Waktu dan
Tempat Wawancara
Waktu
: Sabtu, 06
April 2013
Tempat
: Rumah Ibu TS
Durasi
: 30 menit
3.
Hasil Wawancara
·
Bagaimana
pandangan Ibu tentang pendidikan?
Menurut saya, Pendidikan
itu adalah ujung tombak bagi pembangunan Indonesia. Dengan pendidikanlah,
generasi muda dapat dibangun dan difasilitasi untuk mendorong kemajuan suatu
negara. Namun menurut saya, pendidikan di negara kita ini belum bisa dinikmati
oleh semua orang. Bagi orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, akan
mudah sekali. Tapi bagi orang yang berekonomi rendah, sulit untuk mencicipi
dunia pendidikan. Begitu juga dengan kurangnya fasilitas dan sarana belajar
serta keterbatasan guru disejumlah daerah di indonesia akan sangat berpengaruh
pada pendidikan dinegara kita.
·
Apa motivasi yang
mendasari Ibu memilih menjadi seorang guru?
Pada dasarnya adanya
keinginan untuk menjadi seorang wanita karir dan membantu suami dalam mencukupi
biaya keluarga, namun ternyata setelah saya masuk dan mendalaminya, lama
kelamaan saya merasa menjadi seorang guru adalah tugas yang mulia, akhirnya
pekerjaan ini menjadi panggilan jiwa bagi saya untuk tetap menjadi seorang
guru. Karena menurut saya dari peran gurulah sedikit banyak berpengaruh
keberhasilan masa depan.
·
Bagaimana sudut
pandang Ibu dalam melihat peserta didik?
Saya memandang murid bukan
sebagai objek, akan tetapi sebagai subjek, yang artinya murid tidak hanya
diberikan pelajaran tapi ada hal lain yang harus diperhatikan untuk menunjang
keberhasilannya.
·
Apa filosofi Ibu
dalam mengajar?
Filosofi saya dalam
mengajar adalah lebih kearah peribahasa guru kencing berdiri murid kencing
berlari . yang artinya seorang murid biasanya akan meniru apa yang
dilakukan gurunya, maka saya sebagai guru tidak boleh memberikan contoh yang
buruk, baik dalam sekolah, luar sekolah, dalam
hal apa saja. Saya juga harus tetap bersemangat dalam mengajar, mentransfer
pengetahuan dan bahan ajar yang ada, agar murid pun akan bersemangat dalam
belajar.
·
Bagaimana
pendekatan Ibu dalam mengajar?
Dalam proses mengajar
,saya lebih menggunakan pendekatan konstruktivisme. Dimana artinya didalam
mengajar matematika, saya lebih kearah membangun pengetahuan siswa saya sedikit
demi sedikit . menurut saya siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan yang
telah didapatnya, bukan hanya sekedar mengetahui dan diingat, siswa itu perlu
dibiasakan untuk dapat memecahkan masalah yang akan berguna untuk dirinya
sendiri. Didalam proses belajar mengajar, saya berusaha untuk bisa menjadi
fasilitator dan moderator bagi mereka. Contoh sederhana dalam sehari-hari, saya
mengajarkan bahan ajaran, dan murid akan menyelesaikan dengan persepsi dan
kemampuan kognisi mereka, dan saya akan memonitor mereka, dan mengevaluasi
ketika mereka melakukan kesalahan dalam alur berpikir atau penyelesaian tugas.
·
Bagaimana
aplikasi pendekatan konstruktivisme didalam kelas seperti yang Ibu katakan?
Ini lebih kearah strategi
juga ya..Seperti yang telah saya katakan, siswa harus didorong untuk dapat
mengkonstruksikan pengetahuan konsep dasar matematika yang telah dibahas. Siswa
akan saya beri soal untuk mereka pecahkan, mereka saya beri kesempatan untuk
saling berdiskusi untuk dapat menemukan masalah dan menyelesaikannya . Saat
waktunya sudah selesai, saya akan memilih murid kedepan untuk memberikan
penjelasan tentang soal yang sudah ia kerjakan, sesudahnya saya akan memberikan
penjelasan ulang, atau penguatan, atau juga memperbaiki agar terbangunnya
pemahaman baru untuk murid dan agar terbentuknya hubungan pikiran antara saya
dengan murid yang sejalan, dan agar latihan soal selanjutnya dapat dikerjakan
dengan baik.
·
Kebanyakan murid
menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit, maka pastilah
ada murid yang susah untuk mengerti atau pasti ada yang melakukan kesalah dalam
mengerjakannya, bagaimana pandangan Ibu melihat kondisi seperti itu ?
Pasti itu sering sekali
terjadi, seperti yang telah saya katakan, siswa saya belajar lebih
mengkonstruksikan pemikiran mereka, dan hal itu pasti lepas dari kesalahan.
Saya mencoba mengerti, karena belajar matematika sendiri memerlukan
perkembangan intelektual.kalau ada murid yang melakukan kesalahan dalam
penyelesaian tugas berarti dia telah mencoba, hanya penalaran dan skema
berpikirnya saja yang salah, dan saya harus bantu untuk meluruskannya. Bagi
murid yang susah untuk mengerti, saya akan mengajaknya komunikasi 2 arah untuk
mengetahui kesulitannya dan memberikan waktu lebih untuk berdiskusi. Para murid
itu harus diberi dukungan dan bantuan bukan ditinggalkan, apalagi diberi
‘label’ yang buruk, karena dengan dibantu dan diperhatikan, dia lebih
termotivasi apalagi dipelajaran matematika.saya akan sangat senang bila semua
murid termotivasi belajar dan mendapat nilai yang baik.
·
Apakah Ibu
seorang yang dekat dengan siswa? Apakah Ibu mengingat semua nama-nama murid
yang ada?
Walaupun saya seorang guru
matematika, saya lumayan dekat dengan murid-murid saya, karena sering mereka
meminta saya untuk membantu mereka dalam memberikan solusi atau saran untuk
masalah pelajaran matematika ataupun masalah didalam lingkungan sekolah, ada
juga yang curhat masalah keluarga. Kalau soal nama murid, tidak semua bisa saya
ingat, karena begitu banyak kelas yang saya ajarkan, tapi sebagaian besar saya
ingat .
·
Metode apa yang
Ibu lakukan dalam mengajar?
Saya melakukan metode
kombinasi tergantung dengan kondisi didalam kelas agar para murid lebih
termotivasi lagi. Saya sering melakukan metode tanya jawab karena dengan metode
ini siswa lebih dapat memusatkan perhatian mereka dan ini akan membuat skema
berpikir yang lebih berkembang. Metode diskusi juga sering kami lakukan dalam
kelas, ini penting untuk kita lakukan agar para murid bisa saling membantu
dalam memecahkan suatu persoalan tugas. Didalam diskusi, kita bisa menilai apakah
para murid dapat saling mengemukan pendapat untuk memeperoleh hasil secara
sistematis. Ketika mereka berdiskusi,maka saya akan membimbing dan mengawasi
mereka.
BAB
III
PEMBAHASAN
Hasil
wawancara dari subjek diatas akan dikaitkan dengan teori-teori yang berhubungan
berdasarkan buku pegangan mata kuliah Paedagogi yaitu buku
pedagogi, andragogi, dan heutagogi karangan Prof.Dr.Sudarwan Danim.
Seni dan
Imu mengajar
Mengajar merupakan seni dan ilmu
mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan menggunakan
media tertentu. Dikatakan di buku Danim, bahwa ilmu mengjara bisa dipelajari
dimana dan kapan pun, sedangkan seni mengajar hanya terlihat ketika interaksi
pembelajaran berlangsung.cara guru memandu dan metode kerjanya membuat belajar
siswa menjadi lebih mudah, dan ini efektif.ini disebut seni mengajar. Dari
hasil wawancara kita bisa melihat bahwa ia mempunyai metode mengajar yang
menjadi lebih mudah, seperti metode diskusi atau tanya jawab, ini berarti
subjek memiliki seni mengajar. Didalam bab ini juga mengatakan bahwa banyak
siswa yang beragam, dan guru menghargai perbedaan individu dan percaya
semua siswa dapat belajar dengan tingkat dan cara yang berbeda. Dan guru juga
berperan dalam mendorong dan membangkitkan gairah baru bagi murid. Ini juga
terlihat bahwa subjek mengerti ketika ada siswa yang melakukan kesalahan dalam
penyelsaian tugas ataupun yang memeng benar-benar susah untuk mengerti
pelajaran, subjek menyediakan waktu lebih untuk berdiskusi dan komunikasi 2
arah.
Dari wawancara diatas juga didapati
bahwa subjek adalah sosok guru yang baik dan diterima secara menyenangkan oleh
siswanya, karena beliau mengetahui sebagian besar nama siswa, walau tidak
seluruhnya , dikarenakan jumlah seluruh murid yang sangat banyak disekolah.
Beliau juga mau memberikan solusi dan saran ketika ada murid yang bercerita
tentang masalah apapun padanya.beliau juga tidak memberikan ‘label’ buruk pada
murid.
Mengajar
,Ahli Paedagogi, dan Paradigma Belajar
Didalam bab ini ada dijelaskan
bahwa seorang guru yang sangat baik dipandang sebagai salah satu energi yang
positif yang luar biasa terhadap terciptanya suasana belajar, termasuk
membangkitkan minat mereka. Pada hasil wawancara dapat dilihat bahwa subjek ada
usaha membangkitkan minat belajar matematika pada siswa yang sulit untuk
memahaminya, ini juga dilakukan dengan strategi pembelajaran yaitu adanya
penjelasan dari guru tentang bahan ajar,adanya solusi penyelsaian untuk tugas
yang ada, dan adanya diskusi kelompok dan tanya jawab, yang semua ini juga
terangkum sub teori paradigma belajar .
Guru
Frustasi & Guru yang
baik.
Dilihat
dari hasil wawancara, subjek termasuk memiliki beberapa ciri karakteristik
dari Top 10 Kualitas Guru yang baik, yaitu :
1.
Patience. Hal ini bisa kita lihat ketika subjek menyediakan waktu
lebih untuk berdiskusi bagi anak yang memang benar-benar sulit untuk memahami
pelajaran.
2.
True
compassion for their students. Hal ini terlihat juga pada sikap guru yang mau membantu dan memberi
dukungan pada murid-muridnya.
3.
Understanding. Subjek paham apabila ada kesalahan yang dilakukan siswa
pada penyelesaian tugas,beliau juga memiliki metode yang disesuaikan dengan
kondisi kelas.
4.
The ability
to look at life in a different way and to explain a topic in a different way. Kita bisa melihat bahwa subjek memiliki pendekatan yang
berupaya membangun pengetahuan muridnya. Dia mengajarkan bagaimana membangun
pemahaman dan dikonstruksikan bukan hanya sebatas mengingat rumus atau menghapal
saja.
5.
Unwavering
support. Sangat
terlihat bahwa subjek sangat memberi dukungan dan motivasi bagi muridnya.
6.
Willingness
to help student achieve. Bisa dilihat
ketika subjek memberi waktu lebih untuk berdiskusi, dan mengawasi juga membimbing
kelompok pada saat diskusi dalam kelas
7. Pride in
student’s accomplishments. Dilihat dari hasil wawancara, subjek bangga dan senang
bila murid-muridnya mendapat nilai yang baik dan termotivasi belajar
matematika.
BAB
IV
KESIMPULAN
1. Subjek
memiliki filosofi mengajar yang baik
2. Subjek adalah
sosok guru yang baik
3. Subjek
menganggap adanya kesalahan dalam meyelsaikan tugas adalah hal yang wajar,
karena itu berarti adanya kemauan untuk mencoba, tinggal bagaimana meluruskan
skema berpikirnya.
4. Subjek tidak
memberikan label buruk pada murid-muridnya.
5. Subjek
memliki pendekatan konstruktivisme yaitu membangun pengetahuan muridnya dengan
mengkontruuksikan pengetahuan yang ada. Behan ajarannya bukan sekedar untuk
dihapal saja.
6. Subjek
memiliki metode mengajar yang baik yaitu dengan metode tanya jawab dan diskusi.
7. Subjek sangat
memberi dukungan pada muridnya agar lebih termotivasi dalam belajar
BAB
V
TESTIMONI DAN SARAN
Testimoni
Saya merasa tugas sangat berarti buat saya, terlebih
dikarenakan karena saya sedang mengambil mata kuliah Paedagogi, sehingga saya
harus lebih bisa memahami bukan hanya satu topik namun berbagai topik yang
terkait dalamnya. Tugas mewancarai guru ini, sedikit banyak memberi saya
gambaran bagaimana seorang guru memiliki tugas yang berat , menyisihkan
waktunya untuk mengajar murid-murid dengan berbagai karakter dan sikap murid,
dan dengan berbagai metode pula yang diterapkan. Saya semakin menghargai guru
yang ada dan yang pernah saya kenal, yang telah mengajarkan saya. Saya juga
berterimakasih pada Dosen Pengampu mata kuliah Paedagogi serta subjek wawancara
pada tugas saya ini.
Saran
-
Pemerintah
harus lebih memperhatikan fasilitas yang dibutuhkan demi kemajuan pendidikan
-
Para
guru tetap bersemangat untuk mengajar, mendidik dan melatih murid-muridnya
-
Para
siswa harus sadar akan adanya kesempatan memperoleh pendidikan, jangan sia-
siakan setiap usaha orangtua, terlebih guru yang membantu mereka disekolah
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta, h. 73.
Danim. Sudarwan, 2010. Pedagogi, Andragogi
dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta